Sabtu, 16 Februari 2013

History Of Ndeso Obah


Sejarah desa Obah diawali dari cerita rakyat yang  turun temurun dan sampai saat ini masih diragukan kebenarannya, konon pada saat itu ada seorang wali yang sangat sakti mandraguna bernama Mbah Djiwo yang  diceritakan saat itu beliau sedang melakukan tirakat lelaku tapa brata. Mbah Djiwo memiliki sebuah misi dan ambisi  yang mulia untuk  mendirikan sebuah Masjid didaerah  Tegal Siwalan yaitu sebuah kawasan perbukitan yang strategis dipinggiran hutan jati sebelah selatan desa Obah. Karena kesaktiaannya konon  Mbah Djiwo  mampu mendirikan sebuah  Masjid  dalam waktu satu malam dengan bantuan satu jin yang bernama ” Ajelik Fata Wo”.
Namun untuk mendirikan Masjid tersebut syaratnya harus dilaksanakan pada malam hari, dalam waktu yang sepi, hening sunyi, bahkan seekor jangkrik dan kodokpun pun dilarang berbunyi dan tidak boleh ada satu mahluk hiduppun  yang   bangun  dari tidurnya walaupun hanya satu detik betul..betul ngeri. Diceritakan pada waktu dan hari yang telah ditentukan  Mbah DJiwo dengan bantuan  Jin Ajelik Fata Wo telah mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan syarat pendirian Masjid. Mereka berdua  mulai melaksanakan ritual dengan menebarkan ilmu sirep semar mendem keseluruh area kawasan perbukitan Tegal Siwalan sehingga semua mahluk yang ada didaerah area  tersebut dijamin mendem dan terlelap tidur. Setelah ritual dianggap selesai dan aman serta telah memenuhi persyaratan yang dianggap cukup maka prosesi pendirian Masjid mulai dilaksanakan. Mbah Djiwo dan Jin Ajelik Fata Wo terlihat sangat yakin dan antusias, awalnya mereka menjalankan aktivitas itu  dengan lancar dan tak ada halangan yang berarti, mereka  bekerja dengan riang dan penuh percaya diri kadang sambil berdendang dan bernyanyi ”goyang dombret”. Mbah Djiwo kelihatan berseri-seri dan optimis kalau targetnya akan tercapai sebelum ayam jantan berkokok, apalagi dengan dibantu Jin Ajelik Fata Wo yang sudah teruji kesaktiannya target itu pasti akan tercapai  sebelum subuh. Namun sungguh diluar dugaan karena menjelang fajar menyingsing ditengah-tengah aktivitasnya tiba-tiba terjadi suatu keanehan yang tak disangka-sangka karena tiba-tiba tenaga Mbah Djiwo dan Jin Ajelik Fata Wo mulai loyo dan terasa letoy. Melihat kondisi tersebut sang wali mulai gusar dan resah, akhirnya dengan segera sang wali memerintahkan Jin Ajelik Fata Wo untuk mengecek dengan seksama kekawasan sekitar perbukitan. Setelah diselidiki oleh Jin Ajelik Fata Wo dengan teliti keseluruh sudut area perbukitan ternyata saat itu ada salah seorang nenek yang sudah tinggal terlebih dahulu dikawasan perbukitan Tegal Siwalan. Diketahui nenek itu bernama Mak Merot, dia hidup sebatang kara tanpa sanak saudara dan saat itu beliau tengah asyik melaksanakan aktivitasnya membuat gethuk  lindri dengan cara menumbuk singkong yang sudah direbus ke dalam lumpang ( semacam lesung ), karena memang makanan favorit Mak Merot adalah gethuk lindri.  Dari tumbukan gethuk yang mengenai lesung itu menghasilkan bunyi-bunyian berirama pong..pong.. yang menyerupai bedhuk subuh sehingga membangunkan ayam hutan untuk berkokok. Berarti bunyi-bunyian  inilah yang sangat mengganggu kosentrasi Mbah Djiwo pikir Jin Ajelik Fata Wo.  Mengetahui hal itu sang Jin  merasa terheran-heran  mengapa ilmu sirep yang sudah ditebarkan oleh Mbah Djiwo tidak berfungsi 100% dan mudah dipatahkan oleh Mak Merot. Dan ternyata  konon Mak Merot juga termasuk salah seorang yang sangat sakti mandraguna yang sedang melakukan lelaku tapa brata didaerah  tersebut dan terkenal dengan ilmunya  ajian jaran goyang dan terbukti mampu serta berhasil  menggoyang ilmu sirep sang wali. Akhirnya  Jin Ajelik Fata Wo bergegas segera melapor pada sang wali, kalau dikawasan perbukitan tegal siwalan tersebut telah dihuni oleh seorang nenek yang sangat sakti mandraguna yang bernama Mak Merot , terbukti nenek tersebut sedikitpun tidak terpengaruh oleh ilmu sirep sang wali dan telah bangun sebelum ayam berkokok, mendengar laporan jin Ajelik Fata Wo sang wali menjadi gusar dan sedih gundah gulana karena  persyaratan dari pendirian  Masjid itu sudah dinyatakan gugur dan batal demi hukum, dan apabila hal itu tetap dilanjutkan dan dilanggar  maka akan berakibat fatal dan berdampak sistemik akibatnya  kesaktian serta tenaga Mbah Djiwo dan Jin Ajelik Fata Wo akan semakin loyo dan tak berdaya. Akhirnya dengan segala pertimbangan yang matang, akhirnya  dengan berat hati sang wali terpaksa menunda pembangunan Masjid tersebut sambil menunggu  situasi dan kondisi aman terkendali.
Setelah berusaha berkali-kali dan  selalu gagal konon Mbah Djiwo dan Jin Ajelik Fata wo merasa putus asa karena setiap mau melakukan ritual pendirian Masjid, Mak Merot selalu bangun mendahului dan menggagalkan rencanannya, melihat kondisi tuannya yang mulai stress berat akhirnya Jin Ajelik Fata Wo mempunyai ide segar dan cemerlang yaitu agar Mbah Djiwo mau mengawini Mak Merot dengan harapan agar kesaktian mereka  dapat bersatu dan bersinergi sehingga upaya pendirian Masjid dapat lebih dipercepat.
Pucuk dicinta ulam tiba ternyata  sang wali sangat setuju dengan rencana tersebut , singkat cerita pada hari yang telah ditentukan Mbah DJiwo dengan ditemani oleh Jin Ajelik Fata Wo datang kerumah Mak Merot untuk melamar. Gayungpun bersambut lamaran Mbah Djiwo diterima dengan satu syarat Mbah Djiwo harus dapat memeberikan keturunan, karena memang selama ini  Mak Merot sangat mendambakan seorang suami yang dapat memberikan keturunan untuk mewariskan ilmunya. Setelah melalui prosesi pernikahan yang singkat dan sederhana serta hanya disaksikan oleh Jin Ajelik Fata Wo akhirnya Mak Merot diboyong  ke Padepokan Tegal Siwalan, mulailah mereka hidup berdua dari aura wajahnya  Mbah Djiwo  kelihatan sangat sumringah dan bahagia yess 3x..
Persoalan baru muncul kala malam pertama tiba karena Mbah Djiwo ternyata sudah tidak jantan lagi alias expired, Mak Merot yang tadinya bahagia berubah menjadi sedih dan galau...akhirnya dengan seribu cara Mak Merot berusaha menciptakan sebuah ramuan dasyat yang mampu untuk membangkitkan gairah kejantanan Mbah Djiwo, dengan ramuan tersebut kabarnya kekuatan Mbah Djiwo jadi berlipat-lipat ganda. Mereka jadi berhoneymon ria setiap malam sampai lupa dengan misi semula untuk mendirikan sebuah Masjid. Melihat kondisi tuannya yang sedang mabuk cinta membuat  Jin Ajelik Fata Wo merasa bosan dan bete sehingga memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua, dengan kepergian Jin Ajelik Fata Wo berdampak misi pendirian masjid didaerah Tegal Siwalan akhirnya gagal total dan tak berwujud sampai sekarang.
Berawal dari kisah kejadian itu akhirnya daerah tersebut dinamakan Desa Obah berasal dari kata kesusu obah ( diambil dari kejadiam Mak Merot yang terburu - buru bangun untuk membuat gethuk  ) . Konon mereka berdua akhirnya menghabiskan hidupnya didaerah tersebut untuk menyebarkan agama islam sampai ajal menjemput tanpa dikaruniai seorang keturunan..... sehingga ditempat padepokan  sang wali  tersebut  masih banyak ditemukan batu bata ukuran jumbo, bekas pondasi pembangunan masjid yang gagal didirikan dan warga Obah menamakannya batu bata wali  Mbah Djiwo karena ukurannya dua kali lipat dari batu bata biasa.
Dan untuk menghormati jasa-jasa  sang wali yang telah menyebarkan agama islam dikawasan tersebut maka warga Obah memberinya gelar Mbah Wali Obah dan untuk mengenang jasa-jasa Mak Merot yang juga telah menciptakan ramuan dasyat kejantanan lelaki maka ramuan tersebut juga dilestarikan oleh warga Obah sampai sekarang dan terkenal dengan nama ramuan Mak Merot .....lanjut...   

Tidak ada komentar: